Rabu, 12 Februari 2014

Edisi Ultah #2

Dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, aku selalu menunggu-nunggu tanggal kelahiranku. Kenapa demikian? karena, mama sangat menghargai dan menginggatnya. Terkadang mama, membagikan kartu undangan untuk teman-teman sekolahku, dan kami merayakan ulang tahun di sekolah. Atau terkadang mama hanya membuat acara kecil-kecilan dengan menggundang sepupu-sepupuku atau saudara terdekat saja.
Setiap tahun seperti itu, pada umur sepuluh tahun aku tidak lagi merayakannya. Sebab, ketika itu mama bilang kalau aku sudah besar. Aku tak masalah, sama sekali tidak. Karena, pada tahun ke sepuluh itu mama tetap menghidangkan makanan enak kesukaanku, ketika pulang sekolah. Sebuah kue ulang tahun berukuran besar, dan sebuah kado. Dan yang tak pernah aku lupakan adalah sebuah kecupan di kening. Ah, aku ingin itu lagi.

Sekarang, baru aku sadar akan hal itu. Kenapa mama memanjakan aku selama aku kecil, karena ia tahu kalau aku tak bisa selamanya bersamanya. Kenapa mama, tidak merayakan lagi tahun yang ke sepuluh. Jawabannya karena, ia ingin membiasakan aku untuk biasa saja ketika hari itu akan terulang pada tahun-tahun berikutnya. Dia membiasakan aku sesederhana mungkin, tak mengharap apa-apa, dan selalu mengajarkan aku untuk tidak meminta apa-apa kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.

Pelajaran itu sangat berasa dan sangat bermanfaat bagiku. Selama sepuluh tahun sudah hidup tanpa mama. Aku membiasakan diri tidak merayakan hari itu, membiasakan diri tidak mengharapkan kado dan membiasakan diri untuk bersyukur dan meminta apa yang aku ingin kepada Tuhan. Terbukti, tak perlu hadiah lain. Karena hadiah dari Tuhan, adalah hadiah terbaik yang pernah ada.

Kebiasaan yang aku lakukan di hari istimewaku itu, adalah pergi mengunjungi mama di kuburan massal dan menulis diary, menumpahkan isi hati disana. Dan membubuhi cita dan angan untuk setiap angka yang berganti di setiap tahunnya.

Mama, putri kecilmu sudah dua puluh tahun :)

0 komentar:

Posting Komentar