Senin, 24 Maret 2014

Mama Dan Hari Itu

Kamu tau bagaimana rasanya mencintai seseorang, tapi tak bisa bersamanya ? Atau kamu tau bagaimana rasanya, jika seseorang yg kamu sayang tidak bisa melihat kamu memberi kebahagiaan kepadanya ?

Aku tau bagaimana rasanya, rasanya kehilangan seseorang yang belum saatnya untuk menghilang dari kehidupanku. Sosok itu, adalah sosok wanita terhebat didunia yang ku punya.

Ya. Wanita hebat itu adalah ibu. Aku dilahirkannya sebagai anugrah pertama cinta nya dengan ayah. Aku lahir dan besar di gubuk sederhana kami. Aku diberinya lantunan-lantunan syair kehidupan yang sangat indah, diajarkanku untuk mengenal tuhanku. Diajarkannya untuk memahami sisi kehidupan yang sampai saat ini masih ku genggam erat prinsip itu.

Kehidupanku bersamanya tak pernah tersandung sedikitpun. Meski kami, selalu hidup dalam kata cukup. Tapi, bahagia yang kurasa sangatlah sempurna.
Namun, Allah menakdirkan hari itu hadir sebagai hari terakhir aku menatap wajah anggunnya. Sebagai hari terakhir aku mendengar rintihan kata kata dari mulutnya dan sebagai hari terakhir untuk aku merasakan kecupannya yang mendarat di keningku.

Hari itu membuat kami terpisah bukan hanya ribuan kilometer tapi membuat kami berpisah alam yang berbeda. Hari itu menghancurkan semua mimpi-mimpiku untuk dapat hidup bahagia bersamanya.

Hari itu, tepat pada tanggal 26 desember 2004. Sembilan tahun yang lalu, ketika aku masih berumur sepuluh tahun. Ketika aku mulai menginjakkan kaki menuju masa remaja. Ketika itulah tak lagi ku temukan sosok ibu.

Kini, aku telah dewasa. Usia ku, sudah sembilan belas tahun. Tapi, tak sedikitpun aku melupakan atau bahkan menoreh kenanganku bersama ibu. Aku masih sangat ingat raut wajahnya hari itu, baju yang ia pakai hari itu bahkan berapa kali ciuman yang ia berikan kepadaku.

Ibu, kenangan bersamamu tak akan pernah usai dalam kehidupanku. You are my everythink :)


0 komentar:

Posting Komentar