Hari
ini, genap enam tahun sudah umurnya. Ya. Ulang tahun aku dan si labtop ini
sama. Yang jatuh pada hari ini. Maklum saja, jika tidak ada sebuah hadiah
berbungkus indah lagi tahun ini. Umur ku sudah masuk 19 tahun. Bagi ku, sebuah
bingkisan di hari jadi bukanlah hal yang diharapkan. Apalagi dari seorang ayah,
semua doa dan kasih sayangnya selama ini saja sudah cukup untuk mewakili
bingkisan itu. Bahkan lebih.
***
Prihal
labtop yang merupakan hadiah terbaik yang pernah ada ini, sangat berguna bagi
masa kejayaan ku dibangku kuliah. Apalagi untuk melahirkan karya-karya yang
masih sangat pemula. Ya. Menjadi seorang penulis, merupakan impian yang sudah
kutetapkan sejak aku memiliki komputer jinjing ini.
Keyakinan
semakin erat ketika komputer jinjing mulai membantu menghasilkan karya. Namun,
dorongan dan semangat merupakan motivasi utama untuk terus berlari ke tempat
yang dituju. Menjadi seorang penulis. Ketika ayah bertanya suatu waktu. “Apa
cita-cita yang ingin kamu raih nak ?” Ayah bertanya, ketika aku dan dia duduk
di sebuah warung mie.
“Jadi
seorang penulis yah. Untuk berilmu kita butuh membaca, namun jika ingin ilmu
lebih dalam lagi, menulis adalah satu-satunya jalan untuk itu.” Tegasku.
Yang
aku butuh sekarang, hanyalah dukungan dan teman untuk maju melangkah bersama.
Agar semangat tetap terus membara hingga impian menjadi penulis tercapai. Dua
pekan yang lalu, aku coba mengirimkan data diri dan mengikuti test pada salah
satu komunitas kepenulisan.
Berharap,
aku dapat menemukan titik terang disini. Menemukan orang-orang yang memiliki
semangat yang sama membaranya denganku. Menjadi seorang penulis. Sehingga, aku
dapat terpacu untuk tetap menulis. Apapun itu, semasi bisa bermanfaat bagi
orang banyak. Tulislah.
***
Akhirnya,
setelah satu jam ku menunggu. Untuk ke enam belas kali ku tekan tombol sisi
kanan mouse. Dan tulisan “Loading” hilang seketika. Munculah sebuah pesan
singkat yang dibarisi oleh tiga puluh lima nama yang berhasil menaklukan
testing menuju suatu impian menjadi Penulis.
“Selamat
kepada teman-teman yang lulus OR FLP Aceh 2013”
Kata
itu menjadi pembuka. Setelah kata selamat terpapar diatas kepala surat email,
ku telusuri 35 nama yang berjajar rapi disana. Tepat pada angka 21 terpapar
nama lengkapku. Dara Hersavira. Bibirku yang sedari tadi diam membisu
memerhatikan kalimat demi kalimat berjejer di lembaran kertas email itu,
spontan terurai ke kanan dan kekiri. Dengan sempurna tersenyum, senada dengan
hati yang berkata. “Selamat Dara, ini langkah awalmu menuju impian. Menjadi
seorang penulis.”
Selang
beberapa menit, ponsel yang sedari tadi duduk bersebelahan dengan labtop pun
berdering. Dengan singgap ku lihat pesan singkat yang masuk. Dari seorang kakak
yang selalu memberi semangat dibidang kepenulisan. Pesannya berbunyi :
“Selamat
ya dek, Lulus di FLP. Sepertinya ini kado terindah hari ini dari Allah.”
0 komentar:
Posting Komentar